Saturday, 29 December 2007

Tanda-tanda ayam akan bertelur

Ayam betina dewasa yang sudah kawin dan siap bertelur, penampilannya sangat periang. Sepanjang hari memeti (sibuk mencari sarang untuk bertelur) dan rajin mencari makanan di sekitar kandang. Bulu badannya rapat menghimpit satu sama lain, teratur rapid an mengkilap. Temboloknya penuh berisi makanan, tetapi tidak keras kalau diraba terasa hangat dan berjaringan halus.

Badan bagian belakang membesar, agak menonjol ke bawah, seolah-olah berbentuk pundi. Dinding perutnya agak tipis tampaknya, karena lapisan lemaknya berkurang. Lembut rasanya kalau diraba dari luar. Duburnya basah, berbentuk bulat panjang agak membusung. Tepat pada waktu bertelur, air mukanya agak pedih bagi ayam yang baru bertelur untuk pertama kali.

Biasanya setelah bertelur 15-20 butir, ayam menunjukkan tanda-tanda akan mengeram. Sepanjang siang dan malam duduk dalam sarangnya, bulu dadanya rontok sehingga botak kulitnya, dan mengeluarkan suara khas “kok,kok,kok,….” Jengger dan cupingnya tampak kisut dan pucat warnanya. Berat badan menyusut, kotoran agak emcee, bulu leher menjadi tegak seolah marah kalau didekati orang, mungkinh ketenangannya merasa terganggu. Kalau pengeramannya akan diteruskan untuk mendapatkan anak ayam, sediakanlah tempat pengeraman yang ruangnya teduh, kering dan tenang suasananya. Ruangan itu baik sirkulasinya, sehingga udaranya selalu segar.

*Yuni Primandini, S.Pt (dari beberapa sumber)

1. Mahasiswa Pasca Sarjana Program Magister Ilmu Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro Semarang

2. Alumnus Program Studi S-1 Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro Semarang tahun 2006


DISCUSSION

Anda punya pendapat mengenai artikel diatas? Saya tunggu komentar Anda.........

Mengenal cara pembuatan silase

Pada musim penghujan hijauan pakan, limbah pertanian dan limbah perkebunan melimpah produksinya, sehingga pada musim penghujan ini terjadi surplus hijauan pakan. Pada musim penghujan hijauan pakan dapat diawetkan dalam bentuk silase (Rukmana, 2001). Widyati et al (1985) menyebutkan manfaat silase adalah untuk mengatasi panen yang berlebih di musim penghujan dan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau. Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase. Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika penggembalaan ternak tidak mungkin dilakukan (www. ristek. go. id, 2000).

Prinsip utama pembuatan silase adalah :

1. menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman.

2. mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi

kedap udara.

3. menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.

Pembuatan silase pada temperatur 27-35ยบ dan pH 4,2 – 4,8 menghasilkan silase dengan kualitas yang baik. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa bahan aditif sengaja ditambahkan dalam pembuatan silase untuk menstimulasi fermentasi, karena dengan penambahan bahan aditif baik berupa bahan kimia (Na-bisulfat, sulfur dioksida, asam klorida) maupun bahan sumber karbohidrat (misal : tetes 3%, dedak halus 5%, menir 3,5%, onggok 3%) akan tercipta suasana asam. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan hijauan pakan dipotong-potong adalah untuk memperoleh pemadatan yang baik sehingga memperkecil kantong udara dan memperoleh keadaan hampa udara. silo yang tidak rapat menyebabkan tumbuhnya jamur.

Silase yang baik dapat diketahui melalui uji organoleptik dan pengujian secara kimiawi. Secara organoleptik ciri-ciri silase yang baik antara lain :

1. mempunyai tekstur segar

2. berwarna kehijau-hijauan

3. tidak berbau

4. disukai ternak

5. tidak berjamur

6. tidak menggumpal


Pengujian secara kimiawi dilakukan dengan cara menganalisa bahan pakan tersebut di laboratorium untuk mengetahui kandungan nutrisinya melalui analisis proksimat yang meliputi analisis kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar sedangkan pengujian secara biologis dilakukan dengan cara menggunakan ternak sebagai percobaan.

Beberapa metode dalam pembuatan silase:

1. Metode Pemotongan

- Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm

- Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastik

- Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak)

- Tutup dengan plastik dan tanah

2. Metode Pencampuran

Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum dipadatkan (bertujuan untuk mempercepat fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan bakteri pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis sel-sel hijauan. Bahan campuran dapat berupa: asam-asam organik (asam formiat, asam sulfat, asam klorida, asam propionat), molases/tetes, garam, dedak padi, menir /onggok dengan dosis per ton hijauan sebagai berikut:

- asam organik: 4-6 kg

- molases/tetes: 40 kg

- garam : 30 kg

- dedak padi: 40 kg

- menir: 35 kg

- onggok: 30 kg

Pemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara merata ke seluruh hijauan yang akan diproses. Apabila menggunakan molases/tetes lakukan secara bertahap dengan perbandingan 2 bagian pada tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3 bagian pada lapisan tengah dan 5 bagian pada lapisan atas agar terjadi pencampuran yang merata.

3. Metode Pelayuan

  • Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan kering 40% - 50%).
  • Lakukan seperti metode pemotongan

*Yuni Primandini, S.Pt (dari beberapa sumber)

1. Mahasiswa Pasca Sarjana Program Magister Ilmu Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro Semarang

2. Alumnus Program Studi S-1 Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro Semarang tahun 2006

Sekilas pembuatan pakan pelet

Proses pengolahan pellet terdiri dari 3 tahap yaitu:
  • Pengolahan Pendahuluan

Ditujukan untuk pemecahan dan pemisahan bahan-bahan pencemar atau kotoran dari bahan yang akan digunakan.

  • Pembuatan pellet terdiri atas proses penguapan, pencetakan, pendinginan dan pengeringan.

  • Perlakuan akhir terdiri dari proses sortasi, pengepakan dan pergudangan

Pada proses pembuatan pellet terdapat proses kondisioning dimana campuran bahan pakan dipanaskan dengan air dengan tujuan untuk gelatinisasi. Tujuan gelatinisasi yaitu agar terjadi pencetakan antar partikel bahan penyusun sehingga penampakan pellet kompak, durasinya mantap, tekstur dan kekerasannya bagus.

Penguapan dalam proses pembuatan pakan berbentuk pellet bertujuan :

  1. Pakan menjadi steril, terbebas dari kuman atau bibit penyakit.

  2. Menjadikan pati dari bahan baku yang ada sebagai perekat.

  3. Pakan menjadi lunak, sehingga apabila diberikan pada ternak ayam maka

akan lebih mudah mencernanya.

4. Menciptakan aroma pakan yang lebih merangsang nafsu makan ayam.

Penguapan tidak boleh dilakukan diatas suhu yang diizinkan, yaitu sekitar 800C. Penguapan dengan suhu terlalu tinggi dalam waktu yang lama akan merusak atau setidaknya mengurangi kandungan beberapa nutrisi dalam pakan, khususnya vitamin dan asam amino.

Bentuk fisik pellet yang baik:

  1. Hardness (tingkat kekerasan )

Pellet yang baik mempunyai tingkat kekerasan yang sedang. Pellet tidak boleh terlampau keras atau terlalu lunak.

  1. Durabilitas

Durabilitas yaitu kemampuan dari pellet untuk mempertahankan bentuknya dari penanganan atau pada saat pengiriman. Pellet yang baik tidak mudah pecah, tidak retak-retak dan tidak berdebu.

  1. Appearance (penampilan)

Pellet yang baik mempunyai ukuran yang agak panjang dan seragam, bentuk rupanya baik dan kompak serta tidak ditumbuhi oleh jamur.

Menjaga kualitas Pelet

Menjaga kualitas pellet dapat kita lakukan dari beberapa segi yaitu:

    • Bahan Baku

Untuk membuat pakan yang bermutu diperlukan bahan baku yang berkualitas baik. Contohnya jagung kuning, kadar airnya tidak boleh berlebih karena jagung seperti ini kandungan nutrisinya akan menyimpang jauh dari nilai standar. Di samping itu, proses penggilingan menjadi bentuk tepung akan sulit dilakukan. Jagung yang terlalu lama disimpan tanpa ada upaya pengawetan tidak boleh digunakan karena kandungan nutrisinya akan menurun atau bahkan akan menghilang selama penyimpanan tersebut. Begitu juga bahan baku lainnya, seperti bungkil kelapa. Untuk bahan ini, jangan gunakan bahan yang telah tengik karena nutrisinya telah rusak. Apalagi menggunakan bahan baku yang telah berjamur, sangat tidak dianjurkan. Bahan demikian akan menimbulkan racun yang membahayakan ternak. Apabila penyimpanan bahan baku tidak sempurna, dapat dipastikan pakan yang dihasilakan akan berkualitas jelek. Karena itu, penyiapan bahan baku merupakan awal dari keberhasilan pembuatan pakan.

    • Formula pakan yang baik

Formula yang dibuat harus seimbang dengan kebutuhan nutrien yang diperlukan tidak berlebih atau kurang. Perlu dicermati apabila terjadi kesalahan pada penyusunan formula maka akan dapat mempengaruhi kualitas pellet dan itu juga akan mempengaruhi metabolisme dalam tubuh ternak yang mengkonsumsinya.

    • Proses penyimpanan pellet

Pellet yang telah dikemas dijaga supaya tidak terjadi kerusakan selama penyimpanan. Untuk itu, Perlu memperhatikan hal-hal berikut:

    • Kadar air tidak lebih dari 14%

    • Pakan harus dikemas dengan menggunakan karung plastic supaya tidak terjadi kontak langsung dengan udara

    • Pakan disimpan dalam ruangan yang sejuk, kering, tidak lembap, sirkulasi udara baik dan tidak terkena sinar matahari langsung

    • Tumpukan karung pakan sebaiknya tidak terlalu tinggi dan harus diberikan alas berupa platform dari kayu atau papan dengan ketinggian 10-15 cm dari lantai

    • Penerapan manajemen pergudangan, pakan yang akan digunakan adalah yang masuk ke gudang lebih awal (fifo-first in first out)

*Yuni Primandini, S.Pt (dari beberapa sumber)

1. Mahasiswa Pasca Sarjana Program Magister Ilmu Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro Semarang

2. Alumnus Program Studi S-1 Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro Semarang tahun 2006


Pembuatan Hay

Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak, berupa rumput-rumputan/leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering berkadar air 20-30%. Pembuatan hay bertujuan untuk menyeragamkan waktu panen agar tidak mengganggu pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman yang seragam akan memilik daya cerna yang lebih tinggi. Tujuan khusus pembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen yang berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau. Ada 2 metode pembuatan hay yang dapat diterapkan yaitu:

1) Metode Hamparan

Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di balik-balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda: warna kecoklat-coklatan).

2) Metode Pod

Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1 - 3 hari (kadar air: 50%). Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.

Pembuatan hay merupakan pengeringan atau tindakan yang dikerjakan untuk mengurangi kadar air sampai sekitar 20% agar hijauan ransum tahan lama disimpan. Biasanya dilakukan pada rumput atau tanaman biji-bijian. Hay adalah hijauan yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar dapat disimpan lama sebagai cadangan ransum pada saat musim paceklik. Kerusakan – kerusakan pada hay selama proses pengeringan, karena :

  1. Terjadi respirasi pada tanaman yang baru dipanen / diproses

  2. hujan sehingga kadar air tinggi menyebabkan nutrient larut dan atau ditumbuhi jamur. Pembuatan hay pada musim hujan penurunan kualitas 36%, pada musim kemarau 10%.

  3. Pada proses pengeringan terjadi perubahan zat-zat makanan seperti vitamin c dan karoten menjadi terurai, namun kandungan vitamin D bertambah.

  4. kerontokan dan hancurnya material hay karena pengeringan.

Pengaruh lain yang menentukan kualitas hay :

  1. Waktu defoliasi sebaiknya tepat pada saat menjelang berbunga

  2. Varietas rumput atau hijauan

  3. jarak tanam lebih dekat batang dan daun lebih halus dan banyak

  4. tanah dan pemupukan

  5. cara penyimpanan bebas air, api dan jamur

Pengeringan dengan sinar matahari merupakan cara yang paling mudah dan murah. Prinsip yang harus diperhatoikan adalah diusahakan hijauan lekas kering dengan sinar matahari. Caranya adalah sebagai berikut :

  1. menghamparkan hijauan setipis mungkin di lantai dibolak-balik

  2. menjemur diatas para-para, udara dari 2 sisi (atas bawah)

  3. menjemur pada tempat khusus dengan rongga-rongga udara tertentu, sehingga memperbesar dan mempercepat penguapan.

*Yuni Primandini, S.Pt (dari beberapa sumber)

1. Mahasiswa Pasca Sarjana Program Magister Ilmu Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro Semarang

2. Alumnus Program Studi S-1 Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro Semarang tahun 2006

MANAJEMEN RECORDING

Salah satu faktor penunjang kesuksesan usaha peternakan sapi perah adalah sistem pencatatan (recording) yang baik. Pembuatan catatan dalam suatu usaha peternakan sangat perlu dilakukan, demi pengelolaan yang baik. Bagi seorang peternak, pencatatan merupakan sesuatu yang membebani karena terlihat rumit, ketika banyak hal yang perlu dibuat catatan. Sebenarnya catatan dapat dibuat secara sederhana namun tetap meliputi hal-hal yang bersifat penting. Secara umum catatan dibuat dalam sebuah buku besar, lembaran-lembaran yang dibukukan atau dibuat file.

Dengan adanya catatan tentang sapi maka dapat diketahui :

  • Silsilah (pedigree)

  • Daya produksi

  • Daya reproduksi

Sapi yang memiliki catatan dapat diketahui apakah ternak tersebut :

  • Dapat dipelihara secara ekonomis

  • Dapat dijadikan bibit

  • Dapat beranak setiap tahun

  • Menerima ransum sesuai dengan produksinya

Jenis recording :

  1. A record of birth (kelahiran)

  2. A record of breeding (pembibitan)

  3. A record of health (kesehatan)

  4. Production records (produksi susu)

  5. Feed records (pakan)

  6. A record of deaths and sales of animal (kematian dan penjualan)

Birth Records

Catatan kelahiran meliputi :

      1. Nama perusahaan

      2. Gambar anak sapi dari sebelah kiri dan kanan

      3. Nama

      4. Nomor telinga

      5. Bangsa

      6. Jenis kelamin, nama bapak dan induknya serta nomor telinganya

      7. Keterangan lain, misalnya kembar, abnormalitas dan lain-lain.

Catatan kelahiran segera dibuat pada saat pedet lahir, dengan pencatatan yang tepat mengenai kelahiran pedet tersebut maka silsilahnya dapat diketahui dengan cepat. Pencatatan sebaiknya dilakukan dalam sebuah buku besar dan tahan lama (tahunan), karena dapat memuat catatan kelahiran lebih banyak dan mempermudah dalam mencari data bila diperlukan. Contoh catatan kelahiran dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


No. Sapi

Induk

Pedet

Pejantan

Jenis Kelamin

No. Pedet

Bibit

Keterangan

4442

9.10

9.10

119

Betina

5290-X

N

Baik

4885

9.13

9.13

LMY

Jantan

5291

A

Baik

4946

9.9

9.13

EBS.38

Jantan

5292

B.S.

Baik

4310

9.26

9.25

4766

Betina

5293

Y

Baik

4822

10.2

9.25

LMY

Betina

5294

A

Baik

4757

9.26

9.29

119

Betina

5295-X

N

Baik

4371

10.11

10.6

4766

Jantan

5296

Y

Cacat-mati

4961

10.6

10.8

J.B.

Jantan

5297

J

Mati

Tabel 1. Catatan kelahiran yang digunakan Dairy Farm Universitas IOWA, Amerika, 1966



Breeding Records

Recording bisa dibuat dalam berbagai macam, tetapi sebaiknya catatan dibuat dalam bentuk loose-leaf yang tahan lama, karena catatan dibuat mulai ternak itu ada sehingga dapat memakan waktu tahunan. Keuntungan pemakaian loose-leaf yaitu dapat dipindah ke arsip atau pencatatan lain seperti catatan penjualan dan kematian dan buku catatan tidak terlalu tebal. Pada setiap halaman juga harus dicantumkan indeks yang menunjukkan nomor ternak. Breeding record ini akan lebih mudah dibuat jika pada ternak terdapat ear tag.

*Yuni Primandini, S.Pt (dari beberapa sumber)

1. Mahasiswa Pasca Sarjana Program Magister Ilmu Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang

2. Alumnus Program Studi S-1 Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang tahun 2006

MENGENAL KOLIK PADA TERNAK KUDA

Kolik adalah rasa sakit di daerah perut, baik yang berasal dari alat pencernaan makanan atau bukan, yang ditandai dengan kegelisahan.

Macam-macam kolik:

    • Kolik Konstipasi (Impaksio Kolon)

Kolik konstipasi merupakan kolik yang ditandai dengan rasa sakit perut dengan derajat sedang, anoreksia, depresi serta adanya konstipasi.

    • Penyebab:

      1. Kualitas pakan yang terlalu banyak mengandung serat kasar dapat menyebabkan pasasi ingesta menjadi lambat dan ingesta mungkin tertimbun pada suatu tempat dalam kolon. Kurangnya air menyebabkan konstipasi.

      2. Kuda mengalami kepayahan karena pengangkutan atau operasi, pada akhirnya akan diikuti konstipasi.

    • Gejala-gejala:

        1. Kuda nampak lesu, nafsu makan menurun hilang sama sekali. Nafsu minum biasanya masih ada.

        1. Hewan masih sanggup berkeringat, serta masih berusaha untuk membebaskan feses didalam ususnya.

        2. Jumlah kemih secara semu berkurang

        3. Sering berak sehingga merangsang untuk mengeluarkan kemih dalam jumlah sedikit.

        4. Gangguan peredaran darah yang diderita tercermin dari hiperemi dan vasa injeksi dari konjungtiva

        5. Pada anak kuda umur 1-2 hari yang mengalami kolik tampak lesu dan feses tidak terlihat sama sekali.

  • Pencegahan:

    1. Minyak mineral (parafin cair) 2 liter untuk memudahkan pasasi feses pada kuda dewasa

    2. Khloralhidrat 15-30 gram dicampur dengan 1 liter air untuk melonggarkan gencetan ingesta

    3. Apabila konstipasi tidak berat, pemberian purgansia ringan misalnya istizin, aloe dengan dosis terkontrol

    4. Pada anak kuda diberikan gliserin 25-30 ml, minyak mineral 25-40 ml atau coloxyl yang diberikan melalui rektum.

      • Kolik Spasmodik (Enteralgia kataralis)

Kolik spasmodik adalah kolik akut, disertai dengan rasa mulas yang biasanya berlangsung tidak lama, akan tetapi terjadi secara berulang kali.

  • Penyebab:

  1. Pakan yang kasar mengakibatkan selaput lendir usus terangsang terus-menerus hingga terjadi radang traumatic yang cukup untuk merangsang syaraf parasimpatis hingga otot-otot berkontraksi lebih kuat.

  2. Pada waktu dikerjakan atau dalam pengangkutan mungkin terjadi gangguan peredaran pakan dalam usus, hingga merangsang otot berkontraksi lebih hebat

  3. Makanan yang liat seperti dedak ketan akan tinggal lebih lama di suatu tempat dalam usus dan reaksinya usus berkontraksi lebih kuat

    • Gejala-gejala:

      1. Kolik terjadi secara tiba-tiba, dengan diawali ketidaktenangan (mis: memukul-mukulkan kaki pada lantai)

      2. Kuda lebih sering meringkik, berulang kali menguap dan nampak lebih peka terhadap perubahan sekitar

      3. Nafsu makan hilang, tetapi nafsu minum masih ada

      4. Gejala dehidrasi, hiperemi pada selaput lender mata serta diare

  • Pencegahan:

    1. Pemberian spasmolitika mis. Atropine sulfat dengan dosis 15-100 mg disuntikkan secara subkutan atau intramuskuler

    2. Obat analgesika dan spasmolitika lainnya seperti pethidine, promazine, aspirin dan sodium salisilat

    3. Luka diberika antiseptika dan antitetanus

    4. Penjagaan status cairan tubuh

      • Kolik Timpani (Flatulent colic)

Kolik timpani adalah kolik yang disertai dengan timbunan gas yang berlebihan di dalam kolon dan sekum.

  • Penyebab :

Adanya distensi kolon atau sekum sehingga menyebabkan juga gangguan sirkulasi dan respirasi.

  • Gejala-gejala:

    1. Distensi abdomen akan terlihatdari luar, baik disebelah kanan maupun kiri yang pada perkusi akan menghasilkan suara resonansi timpanik

    2. kuda menjadi gelisah memukul-mukul lantai kandang, berjalan tanpa tujuan dan berguling-guling

    3. Keluar keringat yang berlebihan

    4. Hilangnya nafsu makan dan minum

  • Pencegahan:

    1. Trokarisasi, dengan trokar atau jarum injeksi besar, dilakukan pada bagian perut yang mengalami tingkat distensi paling besar.

    2. obat-obat antizymotik antara lain formalin, chloroform

    3. Minyak atsiri dipakai di bagian luar atau diminumkan. Pemberian bahan yang sangat merangsang misalnya cabe.

      • Kolik Lambung (Distensi lambung)

Kolik lambung merupakan kolik yang biasanya berlangsung akut, yang terjadi sebagai akibat meningkatnya volume lambung yang berlebihan.

  • Penyebab:

  1. Timbunan ingesta di dalam lambung, baik karena kualitas atau macamnya bahan pakan, akan merangsang bertambahnya sekresi air liur dan kelenjar lambung

  2. Pengambilan bahan pakan biji-bijian yang berlebihan, dapat mengakibatkan acidosis. Acidosis yang sangat akan menyebabkan laminitis (founder)

    • Gejala-gejala:

      1. Pada keadaan akut proses berlangsung dengan cepat, dalam 2-3 hari, sedang pada proses yang terjadi karena obstruksi distensi lambung terjadi sedikit demi sedikit

      2. Kuda berguling-guling, menyepak-nyepak perutnya, duduk seperti anjing, berkeringat profus.

      3. Kurangnya nafsu makan

      4. Feses yang dikeluarkan berjumlah sedikit dan berbentuk pasta

      5. Dalam beberapa minggu kuda menjadi kurus

        • Pencegahan:

          1. Usaha untuk mengurangi distensi dapat dilakukan dengan gastric lavage, dengan menggunakan sonde kerongkongan ukuran besar. Lambung diisi dengan 5-10 gram faali kemudian dikeluarkan dengan pompa atau dengan jalan disifon

          2. Pemberian minyak mineral (paraffinum liquidium) yang disusul dengan obat paramsimpatomimetik.


*Yuni Primandini, S.Pt (dari beberapa sumber)

1. Mahasiswa Pasca Sarjana Program Magister Ilmu Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro Semarang tahun 2007

2. Alumnus Program Studi S-1 Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro Semarang tahun 2006

PEMBUATAN PAKAN BENTUK PELLET

Karakterisasi

Karakterisasi merupakantahap awal yang selalu digunakan dalam proses pengolahan. Karakterisasi yaitu pengumpulan dan evaluasi terhadap informasi yang dimiliki bahan meliputi:

    1. sifat fisik, kimia dan biologis

    2. Fungsi bahan secara biologis dan social

    3. Nilai ekonomi bahan (harga dan kompetisi)

    4. Ketersediaan (produksi dan kelangkaan)

Seleksi

Seleksi adalah mempertimbangkan apa yang dimiliki dan apa yang dikehendaki. Seleksi ini dimulai dari informasi yang didapatkan dari karakterisasi merumuskan tujuan pengolahan bahan pakan, kemudian analisis dari bahan pakan dilihat dari segi positif dan negatif dari penggunaannya. Setelah dilkukakan seleksi maka akan dihasilkan bahan-bahan pilihan

Receiving

  • Pengadaan bahan pakan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengadaan bahan pakan adalah:

    • Bahan baku yang dibeli berkualitas bagus yang telah dilengkapi dengan hasil analisis laboratorium

    • Daerah untuk penerimaan dan pembongkaran bahan baku harus bersih dan drainase yang baik

    • Transportasi yang akan digunakan untuk mengangkut bahan baku harus diperiksa keadaan fisik dan kebersihannya. Kendaraan untuk mengangkut ternak tidak digunakan untuk mengangkut pakan.

      • Pengelolaan bahan pakan

  • Pengambilan sampel bahan pakan dilakukan pada saat awal, pertengahan dan di akhir pemuatan dan diambil pada 5 tempat pada kemasan material yaitu 4 sudut dan bagian tengah. Pengambilan sampel ini diambil dengan arah diagonal. Apabila bahan baku berupa cairan pengambilan sampel dapat dilakukan setelah bahan cair tersebut didiamkan 5 menit.

  • Semua sampel harus diletakkan pada peti yang besar kemudian dicampur dan sebanyak ¼ sampai dengan ½ kg diletakkan pada temapat tertentu untuk identifikasi. Identifikasi yang dilakukan adalah tanggal, nomor kendaraan, bahan baku, jumlah penerimaan, nama pemasok dan nama pengambil sample.

  • Semua sample dan produk harus dijaga dari kerusakan yang disebabkan oleh tikus, serangga, kelembaban dan jamur. Pencegahannya dapat ditempatkan di dalam freezer.

    • Penyimpanan bahan pakan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan bahan pakan adalah:

      • Tempat penyimpan pakan harus bersih dan kering

      • Tipe penyimpan pakan harus mudah mengalirkan pakan dengan sudut kemiringan kurang lebih 260

      • Tempat penyimpan pakan/bin harus sering dibersihkan. Hal ini untuk menghindari pencemaran pakan. Pakan yang menempel pada bagian yang tidak terjangkau akan tertinggal di dalam bin untuk beberapa saat lamanya dan kemungkinan akan keluar sedikit demi sedikit terbawa oleh aliran bahan pakan berikutnya

Material Processing

Berdasarkan sifat, fungsi dan tujuannya pengolahan bahan pakan terdiri atas:

  • Proses Fisik

Proses fisik yang dilakukan antara lain:

    • Proses thermal

Proses thermal yaitu proses pengubahan secara fisik bahan pakan dengan suhu dan dilakukan dengan melihat sifat kimiawi dari bahan pakan tersebut. Tujuannya adalah untuk menghilangkan komponen antinutrisi, meningkatkan kecernaan dan meningkatkan palatabilitas. Proses thermal dapat dilakukan secara basah atau kering. Kerugian dari proses thermal adalah non-enzymatic browning reaction untuk bahan tertentu.


    • Proses perubahan bentuk

Proses perubahan bentuk dilakukan untuk mengurangi reduksi ukuran bahan pakan sehingga lebih mudah dalam proses lanjutan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan homogenitas, densitas dan memperluas permukaan bahan pakan. Proses perubahan bentuk ini antara lain dengan cara grinding (penggilingan), rolling (penghancuran), cracking (pemecahan) atau dengan cutting (pemotongan). Proses reduksi ukuran bahan pakan ini tergantung dari sifat fisik bahan pakan itu sendiri.


    • Perubahan densitas

Perubahan densitas yaitu proses pengubahan tingkat kepadatan dari bahan pakan yang nantinya akan lebih mempermudah dalam proses lanjutan produk intermediet maupun penggunaan produk


    • Pewarnaan

Pewarnaan dilakukan untuk meningkatkan nilai kompetitif dari produk. Pewarna yang digunakan biasanya pewarna alami yang dibuat dari tumbuhan seperti carotene dan cucurmin, juga yang paling banyak adalah pewarna sintetik baik yang berasal dari bahan organic maupun anorganik. Selain itu perlu diperhatikan efek samping dari penggunaan zat pewarna tersebut. Di satu sisi pewarna akan lebih memberikan nilai lebih dari segi tampilan produk namun bila ditinjau dari segi toksisitas, zat pewarna akn mempengaruhi nutrient yang ada dalam bahan pakan.


      • Proses Kimiawi

Fortifikasi : Penambahan/pengayaan suatu bahan atau zat tambahan

pada suatu produk untuk meningkatkan kualitas produk

tersebut


Coating : Pelapisan komponen nutrisi sehingga tidak terdegradsi

dalam proses digesti


Hidrolisis : Pemecahan struktur dengan zat kimia (asam dan alkali),

dimaksudkan memberikan kemudahan pada aspek digesti

      • Proses Biologis

Kultur/budidaya : Pemanfaatan/peningkatan nilai ekonomi dan social suatu bahan dengan proses biologis (Kultur sel, Protein Sel Tunggal)

Dekomposisi/ : Perubahan bentuk fisik/komposisi nutrisi bahan

Fermentasi dengan bantuan aktivitas MO

      • Proses Gabungan

Proses ini merupakan gabungan diantara ketiga proses diatas, baik fisik-biologis, fisika-kimiawi atau biologi-kimiawi.


Mixing

Sebelum memasuki tahap mixing, bahan pakan yang digunakan harus melalui proses grinding. Proses grinding ada dua macam yaitu:

      • Pregrind

Pada sistem pregrind, semua bahan baku kasar yang harus dihaluskan akan masing-masing menjalani proses grinding untuk kemudian ke tahap mixing. Kelemahan dari pregrind yaitu kurangnya homogenitas bahan pakan yang dicampur.

      • Postgrind

Pada sistem postgrind, hasil mixing akan disalurkan ke hammer mill untuk proses grinding yang kedua kalinya. Dengan cara ini akan diperoleh hasil pakan yang sangat halus dan kualitas pellet yang jauh lebih baik. Sistem post grinding cocok untuk feed mill dimana persentase pakan butiran sangat dominant.

Proses mixing

Pada proses mixing yang perlu diperhatikan adalah:

1. Proporsi bahan dan penimbangan

Proporsi bahan harus sesuai dengan imbangan nutrient yang terkandung dalam pakan. Penimbangan bahan-bahan harus dilakukan dengan timbangan yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi terutama untuk bahan-bahan dengan jumlah kecil seperti vitamin, mineral, kalsium karbonat, asam amino kristal, pemacu pertumbuhan, dll.

2. Alat

  • Mixer vertical

Digunakan untuk menggiling bahan pakan yang kasar. Mixer tipe ini mencampur bahan pakan dengan arah kebawah dan keatas.

  • Mixer horizontal

Digunakan untuk menggiling bahan pakan yang cair dan halus. Mixer tipe ini mencampur bahan pakan dengan arah samping.

  • Mixer tabung

Digunakan untuk menggiling campuran bahan pakan kasar, halus dan cair. Mixer ini mencampur bahan dengan arah rotasi

Yang perlu diperhatikan dalam tahap mixing adalah untuk bahan-bahan yang penggunaannya dalam jumlah yang kecil ditambahkan pada bagian terakhir dari mixing.

Proses Pembuatan Pelet

Proses pengolahan pellet terdiri dari 3 tahap yaitu:

  • Pengolahan Pendahuluan

Ditujukan untuk pemecahan dan pemisahan bahan-bahan pencemar atau kotoran dari bahan yang akan digunakan.

  • Pembuatan pellet terdiri atas proses pencetakan, pendinginan dan pengeringan.

  • Perlakuan akhir terdiri dari proses sortasi, pengepakan dan pergudangan

Pada proses pembuatan pellet terdapat proses kondisioning dimana campuran bahan pakan dipanaskan dengan air dengantujuan untuk gelatinisasi. Tujuan gelatinisasi yaitu agar terjadi pencetakan antar partikel bahan penyusun sehingga penampakan pellet kompak, durasinya mantap, tekstur dan kekerasannya bagus. Gelatinisasi merupakan rangkaian proses yang dimulai dari imbibisi air, pembengkakan granula sampai granula pecah. Pecahnya granula pati disebabkan karena pemanasan melebihi batas pengembangan granula.

Penguapan dalam proses pembuatan pakan berbentuk pellet bertujuan :

  1. Pakan menjadi steril, terbebas dari kuman atau bibit penyakit.

  2. Menjadikan pati dari bahan baku yang ada sebagai perekat.

  3. Pakan menjadi lunak, sehingga apabila diberikan pada ternak ayam maka akan lebih mudah mencernanya.

4. Menciptakan aroma pakan yang lebih merangsang nafsu makan ayam.

Penguapan dilakukan dengan bantuan steam boiler yang uapnya diarahkan ke dalam campuran pakan. Apabila pencampuran dilakuakan dengan mixer jenis beton molen, proses penguapan dilakukan sambil mengaduk campuran pakan tersebut. Penguapan tidak boleh dilakukan diatas suhu yang diizinkan, yaitu sekitar 800C. Penguapan dengan suhu terlalu tinggi dalam waktu yang lama akan merusak atau setidaknya mengurangi kandungan beberapa nutrisi dalam pakan, khususnya vitamin dan asam amino. Beberapa mesin cetak pellet berkapasitas sedang dan besar mempunyai fasilitas penguapan ini. Jadi, penguapan atau steaming tidak dilakukan pada saat pencampuran, tetapi pada saat pencetakan.

Pencetakan

Setelah semua bahan baku tercampur secara homogen, langkah selanjutnya adalah mencetak campuran tadi menjadi bentuk pellet. Banyak jenis mesin yang dapat digunakan, mulai mesin sederhana hingga mesin yang biasa digunakan pada industri pakan. Mesin pencetakan sederhana bisa merupakan hasil modifikasi gillingan daging yang diberi penggerak berupa motor listrik atau motor bakar.

Perbedaan mendasar antara mesin pencetak pellet sederhana dan mesin pencetak pellet yang digunakan di industri pakan terletak pada sistem kerja mesin tersebut. Sistem kerja mesin cetak sederhana adalah dengan mendorong bahan pakan campuran didalam sebuah tabung besi atau baja dengan menggunakan ulir (screw) menuju cetakan (die) berupa pelat berbentuk lingkaran dengan lubang-lubang berdiameter 2-3 mm, sehingga pakan akan keluar dari cetakan tersebut dalam bentuk pellet.

Kelemahan sistem ini adalah diperlukan tambahan air sebanyak 10-20% kedalam campuran pakan, sehingga diperlukan pengeringan setelah pencetakan tersebut. Penambahan air dimaksudkan untuk membuat campuran atau adonan pakan menjadi lunak, sehingga bisa keluar melalui cetakan. Jika dipaksakan tanpa menambahkan air ke dalam campuran, mesin akan macet. Disamping itu, pellet yang keluar dari mesin pencetak biasanya kurang padat.

Pengeringan

Pengeringan pada intinya adalah mengeluarkan kandungan air di dalam pakan menjadi kurang dari 14%. Proses pengeringan perlu dilakukan apabila pencetakan dilakukan dengan mesin sederhana. Jika pencetakan dilakukan dengan mesin pellet sistem kering, cukup dikering-anginkan sajahingga uap panasnya hilang, sehingga pellet menjadi kering dan tidak mudah berubah kembali ke bentuk tepung.

Proses pengeringan bisa dilakukan dengan penjemuran dibawah terik matahari atau menggunakan mesin. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Penjemuran secara alami tentu sangat tergantung kepada cuaca, higienitas atau kebersihan pakan harus dijaga dengan baik, jangan sampai tercemar debu, kotoran dan gangguan hewan atau unggas yang dikhawatirkan akan membawa bibit penyakit. Mesin pengering yang umum digunakan sangat beragam, diantaranya oven pengering.

Dalam oven pengering, pellet basah disimpan dalam baki dan oven dipanaskan dengan bantuan kompor minyak tanah, batu bara atau bahan bakar lainnya. Penyimpanan pellet dalam baki tidak boleh terlalu tebal, supaya dihasilkan pengeringan yang merata dan harus sering dibalik supaya tidak gosong. Yang perlu diperhatikan apabila menggunakan alat pengering adalah suhu pemanasan tidak boleh lebih dari 800 C. Pemanasan dengan suhu yang terlalu tinggi akan merusak kandungan nutrisi pakan, serta membuat pakan menjadi terlalu keras.

Packaging

    • Pengemasan

Fungsi pengemasan adalah melindungi pakan jadi dari cahaya dan embun serta zat pancemar lingkungan lain. Tujuan pengemasan yaitu:

      • Mencegah kerusakan

      • Memudahkan dalam penanganan

      • Menghindari kontaminasi

      • Nilai estetika

Yang perlu diperhatikan dalam pengemasan yaitu:

      • Bahan pengemas harus memperhatikan sifat fisika, kimia dan biologi bahan yang akan dikemas

      • Derivat polistiren dan polietilen lebih banyak digunakan sebagai bahan pengemas karena tidak mudah dicerna mikroorganisme, kuat dan ringan

      • Daya tahan suhu bahan pengemas

      • Tidak mengandung logam beracun

    • Labelling

Pemberian label pada kemasan perlu dilakukan untuk memberitahukan petani mengenai identitas pabrik dan jenis pakan. Label juga menjelaskan isi dari kantong kemasan. Jika pakan dibubuhi obat, peringatan harus jelas tercantum bersama dengan aturan pakai untuk jenis ternak yang menjadi komoditas dari pakan tersebut.

Warehousing (Pergudangan)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan dalam gudang yaitu:

  1. Kadar air tidak lebih dari 14%

  2. Pakan harus dikemas dengan menggunakan karung plastic supaya tidak terjadi kontak langsung dengan udara

  3. Pakan disimpan dalam ruangan yang sejuk, kering, tidak lembap, sirkulasi udara baik dan tidak terkena sinar matahari langsung

  4. Tumpukan karung pakan sebaiknya tidak terlalu tinggi dan harus diberikan alas berupa platform dari kayu atau papan dengan ketinggian 10-15 cm dari lantai

  5. Penerapan manajemen pergudangan, pakan yang akan digunakan adalah yang masuk ke gudang lebih awal (fifo-first in first out)

Menjaga kualitas Pelet

Menjaga kualitas pellet dapat kita lakukan dari beberapa segi yaitu:

    • Bahan Baku

Untuk membuat pakan yang bermutu diperlukan bahan baku yang berkualitas baik. Contohnya jagung kuning, kadar airnya tidak boleh berlebih karena jagung seperti ini kandungan nutrisinya akan menyimpang jauh dari nilai standar. Di samping itu, proses penggilingan menjadi bentuk tepung akan sulit dilakukan. Jagung yang terlalu lama disimpan tanpa ada upaya pengawetan tidak boleh digunakan karena kandungan nutrisinya akan menurun atau bahkan akan menghilang selama penyimpanan tersebut. Begitu juga bahan baku lainnya, seperti bungkil kelapa. Untuk bahan ini, jangan gunakan bahan yang telah tengik karena nutrisinya telah rusak. Apalagi menggunakan bahan baku yang telah berjamur, sangat tidak dianjurkan. Bahan demikian akan menimbulkan racun yang membahayakan ternak. Apabila penyimpanan bahan baku tidak sempurna, dapat dipastikan pakan yang dihasilakan akan berkualitas jelek. Karena itu, penyiapan bahan baku merupakan awal dari keberhasilan pembuatan pakan.


    • Formula pakan yang baik

Formula yang dibuat harus seimbang dengan kebutuhan nutrien yang diperlukan tidak berlebih atau kurang. Perlu dicermati apabila terjadi kesalahan pada penyusunan formula maka akan dapat mempengaruhi kualitas pellet dan itu juga akan mempengaruhi metabolisme dalam tubuh ternak yang mengkonsumsinya.


    • Proses Pembuatan pellet

Yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan pellet adalah pada saat proses conditioning. Efek samping yang ditimbulkan oleh proses conditioning yaitu menguapnya asam lemak rantai pendek, denaturasi protein, kerusakan vitamin dan terjadinya reaksi “Maillard” yaitu polimerisasi gula pereduksi dengan asam amino primer membentuk senyawa melanoidin berwarna coklat, prose ini terjadi karena adanya pemanasan. Warna coklat ini akan menurunkan kualitas pellet dari segi penampakan warna pellet. Antisipasi untuk mengatasi hal ini adalah:

      1. Kualitas uap yang dihasilkan oleh steam boiler

Uap yang dihasilkan harus kering dan tidak mengandung uap air ketika masuk pada conditioner. Untuk pakan ruminansia dan pakan yang berserat tekanan uapnya berkisar 4 Bar dan 1 sampai 2 Bar untuk jenis pakan yang mengandung pati.

      1. Percepatan uap air yang masuk dalam conditioner

      2. Penempatan pipa uap airyang masuk ke dalam conditioner

      3. volume bahan pakan yang ada dalam conditioner

Proses pembuatan pellet yang sempurna akan menghasilkan pellet dengan kualitas yang baik.

Bentuk fisik pellet yang baik:

1. Hardness (tingkat kekerasan )

Pellet yang baik mempunyai tingkat kekerasan yang sedang. Pellet tidak boleh terlampau keras atau terlalu lunak.

2. Durabilitas

Durabilitas yaitu kemampuan dari pellet untuk mempertahankan bentuknya dari penanganan atau pada saat pengiriman. Pellet yang baik tidak mudah pecah, tidak retak-retak dan tidak berdebu.

3. Appearance (penampilan)

Pellet yang baik mempunyai ukuran yang agak panjang dan seragam, bentuk rupanya baik dan kompak serta tidak ditumbuhi oleh jamur.


    • Proses penyimpanan pellet

Pellet yang telah dikemas dijaga supaya tidak terjadi kerusakan selama penyimpanan. Untuk itu, Perlu memperhatikan hal-hal berikut:

    • Kadar air tidak lebih dari 14%

    • Pakan harus dikemas dengan menggunakan karung plastic supaya tidak terjadi kontak langsung dengan udara

    • Pakan disimpan dalam ruangan yang sejuk, kering, tidak lembap, sirkulasi udara baik dan tidak terkena sinar matahari langsung

    • Tumpukan karung pakan sebaiknya tidak terlalu tinggi dan harus diberikan alas berupa platform dari kayu atau papan dengan ketinggian 10-15 cm dari lantai

    • Penerapan manajemen pergudangan, pakan yang akan digunakan adalah yang masuk ke gudang lebih awal (fifo-first in first out)

Dengan melihat hal-hal diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pellet yang baik dimulai dari langkah awal pembuatan pellet yaitu pengadaan bahan baku hingga langkah akhir yaitu penyimpanan. Dengan menjaga kualitas pada setiap step pembuatan pellet.

Daftar Pustaka

Pujoningsih, R. I. 2004. Teknologi Pengolahan Konsentrat. Fapet UNDIP

*Yuni Primandini, S.Pt (dari beberapa sumber)

1. Mahasiswa Pasca Sarjana Program Magister Ilmu Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro Semarang tahun 2007

2. Alumnus Program Studi S-1 Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro Semarang tahun 2006

ASAM LEMAK TIDAK JENUH

Asam-asam lemak yang ditemukan di alam dibagi menjadi dua golongan, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam-asam lemak tidak jenuh berbeda dalam jumlah dan posisi ikatan rangkapnya. Asam lemak tidak jenuh biasanya terdapat dalam bentuk cis, karena itu molekul akan bengkok pada ikatan rangkap, walaupun ada juga asam lemak tidak jenuh dalam bentuk trans. Adanya ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh menimbulkan kemungkinan terjadinya isomer yang terjadi pada posisi ikatan rangkap, baik pada molekul yang mempunyai susunan konjugasi maupun nonkonjugasi, dapat terjadi isomer cis atau trans pada posisi ikatan rangkap. Asam lemak dengan atom C lebih dari dua belas tidak larut dalam air dingin maupun air panas. Garam-garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul rendah dan tak jenuh lebih mudah larut dalam alcohol daripada garam-garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul tinggi dan jenuh.

Asam oleat merupakan asam lemak tidak jenuh yang banyak terdapat dalam trigliserida dan memiliki satu ikatan rangkap. Bila asam lemak mengandung dua atau lebih ikatan rangkap seperti pada asam linoleat dan asam linolenat, asam lemak tersebut disebut asam lemak tidak jenuh tinggi (polyunsaturated).

Omega-3

Omega-3 merupakan nomenklatur bagi asam lemak yang tidak jenuh, yaitu yang memiliki ikatan rangkap yang banyak. Omega-3 adalah konfigurasi kimiawi yang menunjukkan bahwa ikatan rangkap yang pertama terdapat pada atom C nomor 3 dihitung dari gugus terujung (omega). Sebagai contoh:

  1. Asam linoleat (C18:33) yaitu asam lemak tidak jenuh yang mempunyai atom C sebanyak 18 dengan tiga ikatan rangkap, ikatan rangkap yang pertama terdapat pada atom C nomor 3 dari ujung gugusan metal.

  2. Asam dokosaheksanoat (C22: 63) adalah asam lemak tidak jenuh yang mempunyai atom C sebanyak 22 dengan enam ikatan rangkap.

Asam lemak tidak jenuh

CH3-(CH2)5-CH=CH-(CH2)7-COOH (Asam palmitoleat)

CH3-(CH2)7-CH=CH-(CH2)7-COOH (Asam oleat)

CH3-(CH2)5-CH-CH2-CH=CH-(CH2)7-COOH (Asam risinoleat)

OH

CH3-(CH2)7-CH=CH-(CH2)13-COOH (Asam nervonat)

CH3-(CH2)4-CH=CH-CH2-CH=CH-(CH2)7-COOH (Asam linoleat cis.cis)

CH3-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-(CH2)7-COOH (Asam linoleat cis.cis.cis)


*Yuni Primandini, S.Pt (dari beberapa sumber)

1. Mahasiswa Pasca Sarjana Program Magister Ilmu Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro Semarang tahun 2007

2. Alumnus Program Studi S-1 Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro Semarang tahun 2006