STRAW (JERAMI)
Setiap panen raya pertanian tanaman pangan di Indonesia selalu membawa hasil sampingan atau limbah pertanian yang cukup besar pula. Setiap tahunnya dihasilkan limbah pertanian yang sangat berlimpah hingga mencapai jutaan ton. Limbah pertanian ini terdiri atas jerami padi, daun jagung, batang jagung, daun kedelai, daun kacang tanah, dan ubi kayu. Jerami adalah bagian tanaman pertanian di atas tanah atau bagian pucuk, batang yang tersisa, setelah dipanen atau diambil hasil utamanya. Jerami merupakan bagian dari batang tumbuhan tanpa akar yang tertinggal setelah dipanen buahnya. Jerami adalah tanaman padi yang telah diambil buahnya (gabahnya), sehingga tinggal batang dan daunnya yang merupakan limbah pertanian terbesar serta belum sepenuhnya dimanfaatkan karena adanya faktor teknis dan ekonomis. Komposisi kimia jerami padi meliputi bahan kering 71,2%, protein kasar 3,9%, lemak kasar 1,8%, serat kasar 28,8%, BETN 37,1%, dan TDN 40,2%.
Jerami padi memberikan kontribusi limbah pertanian ± 60% dan 10% dalam bentuk pucuk tebu, bagasse dan jerami jagung. Hal ini didukung oleh Shiddieqy (2005) bahwa jerami padi merupakan limbah pertanian terbesar dengan jumlah sekira 20 juta ton per tahun. Sebagian besar jerami padi tidak dimanfaatkan, karena selalu dibakar setelah proses pemanenan. Di lain pihak, sektor peternakan membutuhkan makanan ternak (pakan) yang harus tersedia sepanjang waktu. Oleh karena itu, limbah pertanian berupa jerami padi harus dapat dimanfaatkan menjadi makanan ternak. Pemanfaatan jerami padi ini sangat diperlukan untuk menjaga ketersediaan makanan bagi ternak sepanjang waktu. Atas dasar pertimbangan itu, diperlukan penggunaan teknologi dalam mengolah jerami padi menjadi makanan ternak berkualitas sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh ternak.
Faktor pembatas jerami padi adalah nilai gizinya rendah yaitu mengandung serat kasar dan silikat dalam jumlah tinggi, sedang daya cerna sangat rendah yang dipengaruhi adanya ikatan lignin, silikat dan kutin (Purnama dan Taufikurrahman, 2003). Meskipun jerami memiliki faktor pembatas, manfaat jerami padi masih dapat ditingkatkan melalui proses kimia atau dengan teknologi pengolahan sehingga dapat meningkatkan efektifitas daya cerna oleh enzim mikrokutin. Salah satu cara yang dianggap paling efektif adalah melalui jalan fermentasi dan amoniasi. Proses fermentasi jerami berbeda dengan amoniasi yang merupakan proses perombakan dari struktur keras menjadi struktur yang lebih lunak. Dengan demikian yang berubah dalam proses amoniasi hanyalah struktur fisiknya saja dan penambahan unsur N, sedangkan fermentasi jerami merupakan proses perombakan struktur keras secara fisik, kimia dan biologi, sehingga bahan dengan struktur yang kompleks akan berubah menjadi lebih sederhana, dan hal tersebut menyebabkan daya cerna ternak menjadi lebih efisien (Purnama dan Taufikurrahman, 2003).
Alumnus PS S-1 Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan UNDIP
Mahasiswa Magister Ilmu Ternak Fakultas Peternakan UNDIP
No comments:
Post a Comment